FILSAFAT ILMU: ETIKA KEILMUAN DAN KEBUDAYAAN
FILSAFAT ILMU:
ETIKA KEILMUAN DAN KEBUDAYAAN
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Filsafat berasal dari bahasa Yunani
“philosophia” atau philosophos”. Philos atau philen berarti teman atau cinta,
dan Sophia artinya kebijaksanaan, pengetahuan, dan hukmah. Sedangkan Filsafat
Ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan megenai
hakikat ilmu, baik ditinjau dari segi ontologis, epismetologis, maupun
aksiologisnya dengan tujuan :
·
Mendalami unsur-unsur
pokok ilmu,sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat, dan
tujuan ilmu
·
Menjadi pedoman para
insan akademis di Perguruan Tinggi dalam mendalami studi di Perguruan Tinggi,
terutama persoalan yang ilmiah. Filsafat itu sendiri juga memiliki berhubungan
dengan ilmu, kebudayaan,dan etika keilmuan. Oleh karena itu, dalam makalah ini
akan membahas tentang hubungan antara ilmu,dan kebudayaan serta etika keilmuan.
1.
Rumusan
Masalah
2.
Apa definisi dari
ilmu, kebudayaan, dan etika keilmuan ?
3.
Bagaimana hubungan
antara ilmu dengan kebudayaan ?
4.
Bagaiman hubungan
antara ilmu dengan etika keilmuan ?
5.
Bagaimana hubungan
antara kebudayaan dengan etika keilmuan ?
1.
Tujuan
2.
Tujuan dibuatnya
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah, yaitu pada mata
kuliah Filsafat Ilmu
3.
Untuk mengetahui hubungan
antara ilmu dengan kebudayaan
4.
Untuk mengetahui
hubungan antara ilmu dengan etika keilmuan
5.
Untuk mengetahui
hubungan antara kebudayaan dengan etika keilmuan
PEMBAHASAN
1.
Definisi
Ilmu, Etika, dan Kebudayaan
1.
Ilmu
Pengertian kata “ilmu” secara bahasa adalah
pengetahuan tentang sesuatu yang disusun secara bersistem menurut metode-metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu
dibidang itu (Bakhtiar, 2007).
Ciri-ciri utama ilmu secara terminologi
adalah:
1.
Ilmu adalah
pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan
dibuktikan.
2.
Koherensi sistematik
ilmu.
3.
Tidak memerlukan
kepastian lengkap.
4.
Bersifat objektif.
5.
Adanya metodologi.
6.
Ilmu bersumber didalam
kesatuan objeknya.
7.
Kebudayaan
Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta
yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau
“akal”. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang
bersangkutandengan akal. Definisi kebudayaan ialah cara berpikir dan cara
merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia,
yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu. Cara berpikir dan
cara merasa itu menyatakan diri dalam cara berlaku dan cara berbuat.
Jadi kebudayaan meliputi seluruh kehidupan manusia.
Segi kehidupan yang dimaksud identik dengan apa yang diistilahkan oleh
antropologi dengan kultural universal atau pola kebudayaan sejagat, yaitu
segi-segi kebudayaan yang universal ditemukan dalam tiap kebudayaan. Antara
masyarakat dan kebudayaan terjalin hubungan dan pengaruh yang sangat dekat.
3.
Etika
Keilmuan
Kata “etika” berasal dari bahasa Yunani yaitu
Ethos yang berarti kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir.
Dalam bahasa Latin, etika disebut dengan moral (Mos/Mores) yang memiliki
pengertian adat kebiasaan atau kesusilaan. Secara Terminologi etika adalah
cabang ilmu filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia
dalam hubungannya dengan baik dan buruk. Yang dapat dinilai baik dan buruk
adalah sikap manusia yang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan-gerakaan,
kata-kata, dan sebagainya.
Aholiab Watloly (2010) telah meletakkan
berbagai prinsip dasar dalam hal memahami tanggung jawab pengetahuan dan
keilmuan. Istilah tanggung jawab secara etimologis menunjuk pada dua sikap
dasar ilmu dan ilmuwan. Salah satu ciri pokok dari tanggung jawab keilmuan itu
adalah sifat keterbatasan, dalam arti bahwa tanggung jawab itu sendiri tidak
diasalkan atau diadakan sendiri oleh ilmu dan imuwan sebagai manusia, tetapi
merupakan pemberian kodrat.
Etika keilmuan merupakan etika normatif yang
merumuskan prinsip-prinsip etis yng dapat dipertanggungjawabkan secara rasional
dan dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Tujuan etika keilmuan adalah agar
seorang ilmuwan dapat menerapkan prinsip-prinsip moral, yaitu yang baik dan
menghindarkan dari yang buruk kedalam perilaku keilmuwannya, sehingga ia dapat
menjadi ilmuwan yang dapat mempertanggung jawabkan perilaku ilmiahnya.
Pokok persoalan dalam etika keilmuan selalu
mengacu kepada elemen-elemen kaidah moral, yaitu hati nurani, kebebasan dan
tanggung jawab, nilai dan norma yang bersifat utilitaristik (kegunaan). Hati
nurani disini adalah penghayatan tentang yang baik dan yang buruk, dan
dihbungkan dengan perilaku manusia. Nilai dan norma yang harus berada pada
etika keilmuan adalah nilai dan norma moral.
1.
Hubungan
antara Ilmu dengan Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil karya manusia, yang
meliputi hasil akal, rasa, dan kehendak manusia. Oleh karena itu maka
kebudayaan tidak pernah berhenti, terus berlangsung sepanjang jaman, merupakan
suatu proses yang memerlukan waktu yang panjang untuk memenuhi keinginan
manusia untuk lebih berkualiatas. Apabila kebudayaan adalah hasil karya
manusia, maka ilmu sebagai hasil akal pikir manusia juga merupakan kebudayaan.
Namun ilmu dapat dikatakan sebagai hasil akhir dalam perkembangan mental
manusia dan dapat dianggap sebagai hasilyang paling optimal dalam kebudayaan
manusia.
Unsur kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti bagian suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai satuan
analisis tertentu. Dengan adanya unsur tersebut, kebudayaan disini lebih
mengandung makna totalitas dari pada sekedar penjumlahan unsur-unsur yang
terdapat didalamnya. Oleh karena itu dikenal adanya unsur-unsur yang universal
yang melahirkan kebudayaan universal. Menurut C. Kluckhohn ada tujuh unsur
dalam kebudayaan universal, yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem
organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencarian hidup,
sistem teknologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian. (Widyosiswoyo, 1996).
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan. Untuk
mendapatkan ilmu diperlukan cara-cara tertentu, memerlukan suatu metode dan
mempergunakan sistem, mempunyai obyek formal dan obyek material. Karena
pengetahuan adalah unsur dari kebudayaan, maka ilmu yang merupakan bagian dari
pengetahuan dengan sendiriya juga merupakan salah satu unsur kebudayaan
(Daruni, 1991). Selain ilmu merupakan unsur dari kebudayaan, antara ilmu dan
kebudayaan ada hubungan pengaruh timbal-balik. Perkembangan ilmu tergantung
pada perkembangan kebudayaan, sedangkan perkembangan ilmu dapat memberikan
pengaruh pada kebudayaan. Keadaan sosial dan kebudayaan, saling tergantung dan
saling mendukung. Pada beberapa kebudayaan, ilmu dapat berkembang dengan subur.
Disini ilmu mempunyai peran ganda yakni:
1.
Ilmu merupakan sumber
nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan.
2.
Ilmu merupakan sumber
nilai yang mengisi pembentukan watak bangsa (Materi Dasar Pendidikan Program
Akta Mengajar V)
1.
Hubungan
antara Ilmu dengan Etika Keilmuan
Pada sub-bagian ini kita akan membahas manusia
sebagai manipulator dan artikulator dalam mengambil manfaat dari ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, pada tingkat aksiologis, pembicaraan tentang
nilai-nilai adalah hal yang mutlak. Nilai ini menyangkut etika, moral, dan
tanggungjawab manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan untuk dimanfaatkan
bagi sebesar-besar kemaslahatan manusia itu sendiri. Karena dalam penerapannya,
ilmu pengetahuan juga punya dampak positif dan negatif, maka diperlukan patron
nilai dan norma untuk mengendalikan potensi dan nafsu manusia ketika hendak
bergelut dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan. Di sinilah etika menjadi
ketentuan mutlak.
Hakikat moral, tempat ilmuan mengembalikan
kesuksesannya. Etika adalah pembahasan mengenai baik, buruk, semestinya, benar,
dan salah. Yang paling menonjol adalah tentang baik dan teori tentang
kewajiban. Keduanya bertalian dengan hati nurani. Bernaung di bawah filsafat
moral (Soewardi, 1999). Etika merupakan tatanan konsep yang melahirkan
kewajiban itu, dengan argumen bahwa kalau sesuatu tidak dijalankan berarti akan
mendatangkan bencana atau keburukan bagi manusia. Oleh karena itu, etika pada
dasarnya adalah seperangkat kewajiban-kewajiban tentang kebaikan yang
pelaksananya tidak ditunjuk. Kewajibannya menjadi jelas ketika sang subyek
berhadapan pada opsi baik atau buruk, dimana yang baik itulah yang menjadi
kewajiban eksekutor dalam situasi ini.
Norma-norma umum bagi etika keilmuan
sebagaimana yang dipaparkan secara nortmaif berlaku bagi semua ilmuwan.
Hubungan etika dengan ilmu berarti juga penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan perkembangan IPTEK itu
sendiri.
1.
Hubungan
antara Etika Keilmuan dengan Kebudayaan
Meta-ethical cultural relativism merupakan
cara pandang secara filosofis yang yang menyatakan bahwa tidak ada kebenaran
moral yang absolut, kebenaran harus selalu disesuaikan dengan budaya dimana
kita menjalankan kehidupan sosial kita karena setiap komunitas sosial mempunyai
cara pandang yang berbeda-beda terhadap kebenaran etika. Etika erat kaitannya
dengan moral. Etika atau moral dapat digunakan okeh manusia sebagai wadah untuk
mengevaluasi sifat dan perangainya. Etika selalu berhubungan dengan budaya
karena merupakan tafsiran atau penilaian terhadap kebudayaan. Etika mempunyai
nilai kebenaran yang harus selalu disesuaikan dengan kebudayaan karena sifatnya
tidak absolut danl mempunyai standar moral yang berbeda-beda tergantung budaya
yang berlaku dimana kita tinggal dan kehidupan sosial apa yang kita jalani.
Baik atau buruknya suatu perbuatan itu tergantung budaya yang berlaku.
Prinsip moral sebaiknya disesuaikan dengan
norma-norma yang berlaku, sehingga suatu hal dikatakan baik apabila sesuai
dengan budaya yang berlaku di lingkungan sosial tersebut. Sebagai contoh orang
Eskimo beranaggapan bahwa tindakan infantisid (membunuh anak) adalah tindakan
yang biasa, sedangkan menurut budaya Amerika dan negara lainnya tindakan ini
merupakan suatu tindakan amoral. Penyesuaian terhadap kebudayaan ini sebenarnya
tidak sepenuhnya harus dipertahankan dan dibutuhkan suatu pengembangan premis
yang lebih kokoh.
1.
Hubungan
antara Ilmu dan Kebudayaan serta Etika keilmuan
Ilmu pengetahuan dapat memberi dampak positif
dan negatif. Ketika ilmu pengetahuan dimanfaatkan untuk tujuan praktis, manusia
hanya memfungsikan sisihawa nafsunya saja, sehingga sangat mungkin ilmu
pengetahuan diarahkan untuk hal-hal destruktif. Di sinilah pentingnya nilai dan
norma (etika) untuk mengendalikan hawa nafsu manusia. Etika menjadi ketentuan
mutlak yang akan menjadi dukungan yang baik bagi pemanfaatan iptek untuk
meningkatkan derajat hidup, kesejahteraan, dan kebahagiaan manusia. Pada zaman
sekarang, aliran humanisme-antroposentris berkembang pesat. Aliran ini memiliki
pikiran kebudayaan materi yang menafikan kehadiran agama, individualisme,
kebebasan, persaudaraan, dan kesamaan (Irfan, 2009).
Perubahan kebudayaan berakibat pada perubahan
etika, sebab etika merupakan penilaian terhadap kebudayaan. Etika mempunyai
nilai kebenaran yang harus selalu disesuaikan dengan kebudayaan karena sifatnya
tidak absolut dan mempunyai standar moral yang berbeda-beda tergantung budaya
yang berlaku di mana kita tinggal dan kehidupan sosial apa yang kita jalani.
SIMPULAN
Ilmu pengetahuan dapat memberi dampak positif
dan negatif, etika menjadi ketentuan yang mutlak dan akan menjadi dukungan yang
baik. Perubahan kebudayaan berakibat pada perubahan etika, sebab etika merupakan
penilaian terhadap kebudayaan.
Etika keilmuan merupakan etika normatif yang
merumuskan prinsip-prinsip etis yng dapat dipertanggungjawabkan secara rasional
dan dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Etika mempunyai nilai kebenaran
yang harus selalu disesuaikan dengan kebudayaan karena sifatnya tidak absolut
dan mempunyai standar moral yang berbeda-beda, tergantung budaya yang berlaku
dimana kita tinggal dan kehidupan sosial apa yang kita jalani.
Para ilmuan yang jujur dan patuh pada
norma-norma keilmuan saja belum cukup, melainkan harus dilapisi oleh moral dan
akhlaq, baik moral umum yang dianut oleh masyarakat atau bangsanya (moral
dan etika pancasila bagi bangsa Indonesia) maupun moral religi yang dianutnya.
Komentar
Posting Komentar